Minggu, 01 Maret 2015

WALI TRAVELING Nabila Tour n Trans

Mau BerWisata Asyik sekaligus mencari Pahala? merefresh fikiran dan meningkatkan kualitas Spiritual.? Ayo ikuti Paket WALI TRAVELING (Ziaroh Wali Nabila Tour n Trans), Ziaroh Wali + Wisata. Sebagai Biro Wisata Terbaik, Kami akan memberikan pelayanan terbaik, agar perjalanan wisata spiritual Anda berjalan Khusyuk, dan Penuh Hikmah.

Segarkan fikiran, jernihkan jiwa bersama Wali Traveling Ziaroh Wali Nabila Tour n Trans, Untuk Reservasi Hubungi :
Telepon/WA : /081235854009/ 085105979009 / 0857.3672.1009
Pin BB : 527FD4DA

Makam Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah




Lokasi :
Kawasan Perziarahan makam Sunan Gunung Jati yang terletak di desa Astana kecamatan Cirebon Utara, sekitar 6 km dari Kota Cirebon yang di lintasi jalur Cirebon Indramayu. Kawasan ini telah di kenal luas,bahkan hingga ke mancanegara.kawasan ini potensial untuk di tingkatkan menjadi obyek wisata utama,dan tempat ziarah di
Cirebon pada khususnya dan untuk pengunjung luar juga pada umumnya, di samping tetap melestarikan sebagai tempat peziarahan. 

Latar Belakang Sejarah : Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah
putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Syekh Jamaluddin Akbar. Di titik ini (Syekh Jamaluddin Akbar Gujarat) bertemulah garis nasab Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati. Ibunda Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang, seorang putri keturunan keraton Pajajaran, anak dari Sri Baduga Maharaja, atau dikenal juga sebagai Prabu Siliwangi dari perkawinannya dengan Nyai Subang Larang. Makam dari Nyai Rara Santang bisa kita temui di dalam klenteng di Pasar
Bogor, berdekatan dengan pintu masuk Kebun Raya Bogor



Makam Sunan Muria atau Raden Umar Said

Lokasi : Makam Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan Dawe. Ziarah ke makam Sunan Muria yang berjarak sekitar 30 kilometer arah utara dari KMMK (Kompleks Masjid Menara Kudus)
 
Latar Belakang Sejarah : Sunan Muria dilahirkan dengan nama Raden Umar Said atau Raden Said. Menurut beberapa riwayat, dia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Soejinah, putri Sunan Ngudung.Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama
gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat dia dimakamkan.

Makam Sunan Kalijaga atau Raden Said



Lokasi :
Ketika wafat, beliau dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat
kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang.

Latar Belakang Sejarah : Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R.Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah.




Makam Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin


Lokasi :
Beliau dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik. Latar Belakang Sejarah : Sunan Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan tahun 1442. Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden Ainul Yaqin dan Jaka Samudra.







Jumat, 27 Februari 2015

Makam Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq

Lokasi :
Jafar Shodiq atau Sunan Kudus dimakamkan di Masjid Menara Kudus yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Di samping puluhan makam di kawasan itu terdapat pula makam putra Sunan Kudus yaitu Pangeran Palembang. Makam Sunan Kudus sendiri terdapat di tengah-tengah bangunan induk berbentuk joglo.

Latar Belakang Sejarah :
 Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung, adalah panglima perang Kesultanan Demak Bintoro, dan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak,dan dalam masa pemerintahan Sunan Prawoto, dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak. Dalam melakukan dakwah penyebaran Islam di Kudus,
Sunan Kudus menggunakan sapi sebagai sarana penarik masyarakat untuk datang untuk mendengarkan dakwahnya. Sunan Kudus juga membangun Menara Kudus yang merupakan gabungan kebudayaan Islam dan Hindu yang juga terdapat Masjid yang disebut Masjid Menara Kudus.Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kudus Kulon, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga sekarang. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus, Jawa Tengah.Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudushingga saat ini.



Makam Sunan Drajat atau Raden Qasim




Lokasi :
Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari surabaya maupun Tuban lewat Jalan Dandeles
( Anyer - Panarukan ), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaran
pribadi.
Latar Belakang Sejarah :
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang.Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Lamongan. Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama islam di desa Drajad sebagai tanah perdikan dikecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi.